Jumat, 07 Oktober 2011

Kawasan Perbatasan Aman, Masyarakat Sejahtera

Indonesia sebagai negara dengan ribuan pulau berpotensi bermasalah dengan negara tetangga yang berbatasan langsung. Sejumlah masalah potensial diantaranya tentang kepastian batas wilayah dan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di perbatasan. Juga soal penyeludupan dan perdagangan ilegal.

Potensi Kawasan Perbatasan
Kawasan perbatasan di Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang luar biasa. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan khusus bagi wilayah perbatasan. Tahun 2010, pemerintah akhirnya membentuk Badan Nasional Pengelola Perbatasan BNPP lewat Perpres. Badan Ini bertugas menjadikan kawasan perbatasan menjadi wilayah yang lebih berdaya, makmur secara ekonomi dan mumpumi secara sumber daya manusia. Termasuk di dalamnya menjamin kedaulatan NKRI.
Asisten Deputi Potensi Kawasan Perbatasan Darat BNPP Marhaban Ibrahim mengatakan sudah ada lima disain besar dalam mengelola wilayah perbatasan. “Belum setahun dibentuk tapi kami berupaya membuat sistem yang baik,” katanya. Lima disain besar itu adalah percepatan dan penanganan batas wilayah negara, pemantapan pengamanan dan ketahanan perbatasan negara, percepatan pembangunan kawasan, percepatan layanan sosial dasar bagi masyarakat dan penguatan kelembagaan dan sumber daya manusia.
Paradigma Baru Mengelola Batas Negara
Asisten Deputi Potensi Kawasan Perbatasan Darat BNPP Marhaban Ibrahim mengatakan BNPP punya paradigma baru mengelola wilayah perbatasan. Selain soal ketahanan suatu negara, yang juga penting adalah kesejahteraan masyarakat yang tinggal di wilayah perbatas. “Masyarakat di perbatasan diperhatikan, supaya mereka jadi pagar,” katanya. Sebelum ada Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan, penanganan perbatasan dilakukan secara ad hoc antar kementerian lembaga terkait. “Ini menjadi tidak  fokus dan kurang terurus,” cerita Marhaban
Hadirnya BNPP membuat pengelolaan kawasan perbatasan menjadi lebih baik dan strategis. “Ada grand design, lalu rencana induk dan rencana aksi,” tutur Suprayoga Hadi, Deputi Pengembangan Daerah Khusus di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Ini artinya ada acuan yang lebih mantap bagi setiap kementerian yang mengelola dan membangun wilayah perbatasan. “Ada rencana aksi yang dikeluarkan BNPP setiap tahun,” katanya. Tugas BNPP sesuai UU 43 tahun 2008 khususnya pasal 15 ayat 1 adalah menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan, menetapkan rencana kebutuhan anggaran, mengkoordinir pelaksanaan pembangunan dan mengawasi sekaligus mengevaluasi pengelolaan kawasan perbatasan dan pembangunan daerah tertinggal.
Berdasarkan grand design, rencana induk dan aksi ada 38 kabupaten yang bakal ditangani secara prioritas pada tahun 2012. “Ada 38 kabupaten, 27 diantarannya adalah wilayah perbatasan,” ungkap Suprayoga Hadi. Setiap pengelolaan dan pengembangannya wilayah perbatasan akan dikoordinasikan kepada BNPP. Koordinasi dan konsolidasi penting dilakukan oleh BNPP untuk memastikan pengelolaan dan pembangunan wilayah perbatasan sesuai dengan grand design, rencana induk dan aksi. “Memastikan wilayah perbatasan betut-betul terbangun, anggarannya juga sampai,” kata Asistem Deputi Potensi Kawasan Perbatasan Darat BNPP Marhaban Ibrahim.

Batas Negara Dikelola, Masyarakat Sejahtera
Ada empat kementerian yang ikut mengelola dan membangun wilayah perbatasan yakni Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Paradigma baru bisa jadi cara ampuh untuk membangun dan mengelola wilayah perbatasan. “Menyeimbangkan kesejahteraan dan pertahanan negara ini dua faktor besar,” tegas Suprayoga Hadi, Deputi Pengembangan Daerah Khusus Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal.
Wilayah perbatasan dan daerah tertinggal adalah garda terdepan. Karenanya menyiapkan sarana dan fasilitasnya termasuk pelayanan sosial dasar jadi penting di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Badan Nasional Pengelola Perbatasan BNPP mencatat hingga 2014 mendatang ada sekitar 111 kecamatan perbatasan yang akan dikelola dan dibangun. Misalnya di Kalimantan Barat dan Papua. Dengan demikian kegiatan perekonomian lebih produktif dan masyarakat bisa lebih sejahtera. “Batas negara aman, kesejahteraan masyarakat yang tinggal pun mantap,” tutup Marhaban.

Rabu, 05 Oktober 2011

Pencairan Es di Bumi

 Greenland adalah sebuah pulau yang pada permukaannya terhampar berkilo-kilometer persegi salju atau es. Greenland ini juga merupakan salah satu penyimpan es terbesar di bumi setelah antartika. Menurut riset para ilmuwan, Greenland terkena imbas dari pemanasan global, yaitu mencairnya permukaan es di Greenland. Para ilmuwan memperkirakan jika es di Greenland terus mencair maka permukaan laut akan naik dan dapat membanjiri daerah pesisir pantai. Jika itu terjadi, maka orang-orang yang biasa tinggal di tepi pantai harus mengungsi untuk mendapat rumah baru.


Bagaimanakah pencairan es di Greenland bisa terjadi? Pencairan es di Greenland sebenarnya wajar terjadinya, tetapi diimbangi oleh pembentukan di puncak gletser yang merupakan sumber es. tetapi karena pemanasan global, gletser yang mencair jauh lebih banyak dibandingkan dengan gletser yang terbentuk. Itulah yang menyebabkan es atau gletser di Greenland semakin sedikit.
Proses pencairan es di Greenland diawali oleh pecahnya balok-balok es raksasa di Greenland. Greenland dapat terpecah-pecah karena sifat air yang membeku. Sifat tersebut adalah bertambahnya volume air pada saat menjadi es. Pada permukaan gletser di Greenland, terdapat celah-celah yang mencapai dasar gletser. Es yang mencair akan menjadi air dan masuk ke celah-celah gletser ini. Air yang masuk ke celah-celah ini kemudian membeku. Air yang membeku memiliki volume yang lebih besar daripada saat bentuk cair sehingga air yang membeku ini mendorong es disekitarnya dan membuat gletser di Greenland pecah.
Para ilmuwan merasa kesulitan untuk mencegah hal ini karena untuk menghentikan pencairan ini, maka harus menghentikan pemanasan global. Untuk itu dunia sedang mengusahakan pengurangan emisi gas buang dari perindustrian terutama dari negara-negara maju.
Selain di Greenland, Antartika juga semakin terancam oleh pemanasan global. Proses pencairan es di Antartika berlangsung lebih cepat karena seluruh permukaan antartika merupakan es tidak seperti di Greenland. Hal ini menyebabkan bertambahnya kecepatan pencairan dikarenakan sifat es yang lainnya, yaitu es lebih mudah bergerak di atas permukaan cair dibandingkan di atas permukaan padat.
Di Greenland, gletser berada di atas permukaan padat, tetapi di antartika es langsung berada di atas air. Es yang berada di atas air mengalami gerakan yang lebih cepat dibandingkan es yang berada di atas permukaan padat. Ini menambah faktor yang menyebabkan es pecah. Jika es di antartika pecah, maka balok es raksasa akan terapung di laut dan mengalami pencairan lebih cepat karena volumenya lebih kecil.